Terjebak di Dunianya— The Social Dilemma
Hal pertama yang ingin saya katakan setelah menonton film The Social Dilemma yaitu serasa terjebak dan bersalah. Merasa terjebak karena hingga saat ini saya pengguna media sosial yang cukup sering, dan merasa bersalah karena seandainya saya mengetahuinya lebih awal, mungkin saya akan berusaha mengurangi penggunaan media sosial, tapi rasanya tidak mungkin, karena untuk study saat ini saja banyak menggunakan aplikasi-aplikasi tersebut sebagai media pendukung.
Media sosial berhasil mengubah gaya hidup kita, mulai dari cara bersosialisai dan juga bagaimana kita mengkonsumsi sebuah informasi. Dalam film “The Social Dilemma” diceritakan bagaimana media sosial bekerja,kemana data yang diserap dari pengguna tersebut digunakan dan menceritakan betapa berpengaruhnya media sosial terhadap psikologis penggunanya.
media sosial »aman atau aplikasi yang memungkinkan pengguna dapat membuat dan berbagi isi atau terlibat dalam jaringan sosial -KBBI
Apakah kalian pernah bermain media sosial dalam kurun waktu yang cukup lama?, saya rasa kita sering melakukannya. Tanpa kita sadari, bahwa semua fitur yang berada di dalam media sosial merupakan trik psikologi untuk membuat penggunanya menjadi sangat adiktif. Contohnya seperti fitur notifikasi, ketika kita menerima notifikasi secara otomatis kita akan melihatnya untuk mengetahui informasi terbaru itu dan hal tersebut pula yang membuat penggunanya tidak bisa lepas dari smartphone.
adik.tif »bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya -KBBI
“There are only two industries that call their customer “user”: illegal drugs and software “ — Edward Tufte
Bahkan kecanduan media sosial memiliki efek serupa seperti kecanduan obat-obatan terlarang, karena para penggunanya sangat sulit untuk bisa lepas dari smartphone.
Didalam suatu sistem media sosial ditanamkan sebuah teknologi yang disebut Artificial Intelligent (AI) yang berperan besar dalam sebuah sistem. Artificial Intelligent diciptakan agar dapat melakukan pekerjaan seperti yang dapat dilakukan manusia. Kehadiran AI membuat platform media sosial mudah menebak apa yang disukai pengguna. Adanya AI membuat sistem mengetahui seperti apa kepribadian pengguna. Belum lagi dengan cara Algoritma bekerja. Teknologi tersebut semakin menjadikan manusia terikat dengan media sosial dan susah lepas.
“yang aku ingin beritahu ke orang-orang adalah, apapun yang mereka lakukan selalu diawasi, dilacak, dan diukur. Setiap tindakan yang kamu lakukan selalu dimonitor dan direkam dengan terukur” — Jeff Seibert.
Artificial Intelligent menjadi spesial karena dapat mengerjakan pekerjaan yang dilakukan manusia. AI dengan cara mengumpulkan data aktivitas penggunanya mulai dari konten yang disukai hingga akun yang diikuti, data-data yang didapatkan oleh AI akan menjadi acuan dalam mengambil keputusan. Lalu AI dapat merekomendasikan berbagai konten yang menarik berdasarkan data yang telah didapat dari penggunanya.
Kemudian muncul berbagai cara untuk membuat sistem media sosial lebih menarik yang dapat membuat para penggunanya menghabiskan waktu lebih lama di media sosial. Salah satunya “Psychology Hacks” atau trik psikologi manusia dengan teknologi persuasif, bertujuan untuk membuat psikologis manusia termanipulasi sehingga pengguna media sosial akan menghabiskan waktu lebih lama di depan layar. Semakin penggunanya lama menatap layar, semakin banyak pula aktivitas kita.
Setiap aktivitas yang kita lakukan akan menjadi data untuk mereka, dan setiap data yang diperoleh akan diolah menjadi informasi. Kumpulan data yang sangat begitu banyaknya akan menjadi informasi berharga bagi perusahaan tersebut. Karena iklan adalah bisnis mereka dan perhatian dari kita adalah produknya.
da.ta» keterangan yang benar dan nyata :kumpulan fakta -KBBI
“if you’re not paying for the product, then you’re the product.” — Tristan Harris
Pengguna media sosial disebutkan dalam film tersebut“ jika kamu tidak membayar untuk sebuah produk, maka kamu adalah produk”. Tentu saja banyak pengguna media sosial yang menyadari itu, bahwa data-data kita itu secara tidak langsung dijual kepada pengiklan.
Media sosial merupakan perangkat yang sangat kuat. Saat kita pertama kali mendaftar kita menukar “data diri” kita dengan layanan sosial media tersebut. “Data diri” tersebut ternyata digunakan oleh perusahaan media sosial untuk dijadikan sebagai big data demografi yang “dijual” oleh pihak sosial media kepada pengiklan.
Perusahaan media sosial berlomba-lomba untuk membuat sistem yang memaksa secara tidak langsung penggunanya untuk menghabiskan waktu bermedia sosial, untuk menghasilkan uang bagi perusahaan media sosial tersebut. Seperti Teknologi Persuasif , Growth Hacking, dan lainnya
“Growth Hacking is teams of engineers whose job is hack people’s psychology, so they can get more grow, they can get more user sign-ups, more engagemen, they can get you to invite more people” — Tristan Harris
Di era saat ini banyak perusahaan media sosial yang menggunakan metode growth hacking untuk bisa mengembangkan bisnis-nya. Dikutip dari paper yang berjudul Growth hacking as a methodology for user retention in the entrepreneurial venture:A case study. Growth Hacking ini sangat berhubungan dengan penyimpangan pengguna media sosial dikarenakan dapat mempengaruhi psikologi dari penggunanya.
Dikutif dari paper Growth hacking as a methodology for user retention in the entrepreneurial venture:A case study , berikut Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada metode Growth Hacking :
- Menerapkan pendekatan berbasis data di berbagai operasi bisnis.
- menciptakan produk/layanan yang dibutuhkan banyak orang.
- Melakukan inovasi produk atau layanan, memprediksi tren masa depan untuk tetap bertahan di pasar.
Kesimpulan
Setelah Menonton Film The Social Dilemma diharap kita lebih bijak lagi dalam menggunakan media sosial. Apalagi setelah mengetahui fakta layanan gratis yang kita gunakan, secara tidak sadar ketika kita mendaftarkan data diri, data kita diperjual-belikan kepada pengiklan.
Karena pertumbuhan suatu bisnis perlu disesuaikan dengan model bisnis dan konsep produknya. Metode Growth Hacking ini terbukti mempercepat pertumbuhan perusahaan start-up. Maka dari itu, kita harus sadar bahwa semua aktivitas kita di media sosial dipantau oleh mereka.
Refrensi
- https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/media%20sosial
- https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/data
- https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/adiktif
- Vilda, Siurblyté, 2018, Growth hacking as a methodologyfor user retention in the entrepreneurial venture: A case study, Stockholm, KTH ROYAL INSTITUTE OF TECHNOLOGY
Terimakasih telah membaca artikel saya ini, Mohon maaf bila ada salah kata, penjelasan atau lainnya yang kurang dapat dipahami. Akan lebih baik pembaca menyampaikan saran dan kritik di kolom komentar, agar saya dapat berbenah menjadi lebih baik lagi. Dan minta bantu di claps ya temen-temen artikel ini. Terimakasiihhhh…